Essay
Keterbatasan Hidup di Perbatasan
Oleh : Sinta MawarDini
XII IPS 3
Kekayaan alam Indonesia yang
terhampar diseluruh pelosok negeri ini dari sabang sampai merauke, dari miangas
hingga pulau rote dan dari sudut paling timur Indonesia sampai sudut lainnya
yang ada disebelah barat negeri ini, rasanya cukup untuk memakmurkan seluruh
masyarakat Indonesia sehingga tercapai kata sejahtera yang sejatinya menjadi
cita-cita para pendiri bangsa dan seluruh masyarakat tentunya. Tapi kenyataanya
kata sederhana yang melambangkan terwujudnya cita-cita bangsa yaitu “sejahtera”
nyatanya masih sangat amat jauh dirasakan oleh sebagian besar masyarakat
Indonesia yang notabennya tergolong masyarakat menengah kebawah, terutama
saudara-saudara kita yang hidup diperbatasan. Mereka yang hidup di perbatasan
sana seakaan terisolasi dan kurang mendapat perhatian dari pemerintah akibat
beratnya medan yang harus di tempuh untuk dapat sampai diperbatasan. Sulit dan
beratnya medan untuk sampai ke pedesaan yang ada diperbatasan sebenanya bukanlah
alasan bagi pemerintah untuk tidak melakukan pembangunan yang layak sebagaimana
mestinya. Hirup pikuk
dan kemegahan gaya hidup dikota-kota besar sangat tidak layak disandingkan
dengan kehidupan saudara-saudara kita yang ada di perbatatasan sana karena amat
sangat jelas ketimpangan sosial masyarakat Indonesia yang belum merata.
Pendidikan disekolah formal yang menjadi hak untuk ditempuh oleh seluruh anak-anak Indonesia memanglah masuk
ke perbatasaan, namun jika dilihat fasilitas dan sarana yang ada untuk
menjalaini suatu proses belajar mengajar, rasa sangat jauh dari kata layak.
Guru-guru yang mengajar disekolah dasar yang ada diperbatasan bukan sekali
duakali yang dengan begitu saja meninggalkan kewajibannya untuk mengajar tanpa
memberi tahu alasan mengapa berhenti mengajar. Ya tentu saja dapat terbaca
jelas, bahwa guru-guru yang berhenti tanpa memberi kabar berita itu pasti tidak
sanggup menghadapi keadaan sekolah tempat mereka mengajar yang serba jauh dari
layak. Belum lagi medan untuk menembus sekolah yang dituju bukan sesuatu yang dapat
dianggap mudah. Mungkin wajar saja tidak sedikit guru yang mengajar
diperbatasan berhenti tanpa mememberi kabar. Tapi tentu saja masih ada
segelintir pahlawan tanpa tanda saja lainnya yang ada diperbatasan sana yang ikhlas
mengajar dan terus
berjuang demi mencerdaskan anak-anak bangsa meskipun dalam kondisi serba
terbatas. Walaupun hidup penuh keterbatasan, anak-anak yang ada diperbatasan
sangat semangat pergi kesekolah untuk mendapat ilmu, meski kenyataan yang
mereka dapati ketika sampai disekolah tak ada satu pun guru yang datang untuk
mengajar. Hal seperti itu sudah biasa bagi mereka, maka tak heran pengetahuan
anak-anak itu pun terbatas. Tak seperti anak-anak yang bersekolah dengan
keaadan sekolah yang “seharusnya”.
Keadaan daerah perbatasaan bagi saya
pribadi sebagai bagian dari bangsa Indonesia begitu menyedihkan. Karena
bagaimana mungkin Negara ini akan maju apabila masih banyak daerah-daerah yang
seharusnya ikut tersentuh pembangunan oleh pemerintah seolah tertinggalkan dan bahkan mungkin ditinggalkan,
sedangkan pembangunan dikota-kota sendiri terstuktur begitu serius. Padahal
kehidupan diperbatasan haruslah mendapat perhatian yang nyata dari pemerintah
karena daerah perbatasan merupakan
gambaran dari sebuah Negara itu sendiri. Jika kondisi daerah perbatasan tidak
tersentuh oleh pembangunan, bagaimana Negara tetangga menilai tentang keadaan
bangsa ini. Tapi yang terpenting bukanlah penilaian atau pandangan Negara lain
tentang bangsa kita, melainkan bagaimana cara mewujudkan cita-cita bangsa ini
untuk menciptakan kesejahteraan sosial. Melakukan pembangunan yang merata
diseluruh Indonesia sehingga kesenjangan yang nampak begitu jelas saat ini
tidak akan kita temui lagi. Betapa mirisnya ditengah derasnya arus modernisasi
dan pembangunan yang begitu deras masih ada daerah yang tidak mendapat
perhatian pemerintah. Betapa sulitnya hidup di daerah perbatasan dengan
segala keterbatasaan yang menjadi bagian dari masyarakat yang tinggal disana.
Mereka adalah bagian dari kita bagian dari indonesia sudah seharusnya pula
mendapatkan kasih sayang dan pembangunan yang sama dengan daerah-daerah lain
oleh pemerintah. Meski ditinggalkan oleh pemerintah daerah perbatasan tetap
menjadi benteng kokoh yang membatasi negara kita dengan negara tetangga.
Penduduk daerah perbatasan tetap setia dan bangga mejadi warga negara indonesia
meskipun dengan segala keterbatasan yang mereka rasakan. Walaupun tak dapat
dipunggkiri tak sedikit dari masyarakat perbatasan yang memutuskan pindah
kewarganegaraan karena mungkin tergiur kehidupan yang lebih baik dibanding
daerah perbatasan. Bendera merah putih tetap berkibar dan berdiri kokoh
ditiang-tiang kayu daerah perbatasan, meski warnanya tak lagi menunjukan
kemegahan filosofi sang merah putih yang perwira.
Komentar
Posting Komentar